Milad Muhammadiyah : 106 tahun Muhammadiyah mengabdi untuk negri, 18 November 2018 menjadi refleksi perjalanan Muhammadiyah selama ini. Ketika KH Ahmad Dahlan membentuk Muhammadiyah dan berdiri di tahun 1912, Muhammadiyah muncul dengan berbagai karya, diantaranya di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan sosial. Dari Kauman, Muhammadiyah menjadi satu gerakan pencerahan menanamkan nilai nilai yang untuk menjadi panutan dan pegangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketika Muhammadiyah di bentuk pada Jaman itu KH Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyan suda menunjukan rasa cinta dan pedulinya kepada tanah air pada saat itu. KH Ahmad Dahlan, bahkan rela dan suda Ikhlas melelang barang barangnya demi Muhammadiyah dan peegerakanya demi anak bangsa pada saat itu. Anak-anak yang tidak mampu, anak yatim dan fakir miskin di berikan perhatian penuh oleh KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan mengajak murit muridnya tentang agama dan tuhan, tentang merawat manusia, tentang cinta tanah air dan persatuan, menjadikan wadah aspirasi yakni Muhammadiyah dan aspirasi perempuan yaitu Aisiyah guna untuk membentuk keadilan sosial. Konsep KH Ahmad Dahlan ini suda barang tentu akan menjadi konsep Muhammadiyah yang di mana berlandaskan kepada Al Quran dan Al Hadis salah-satunya yakni surat Al-Maun.
Nilai nilai yang di bangun KH Ahmad Dahlan, menjadi inspirasi buat generasi, bahkan presiden pertama Soekarno begitu terinspirasi dengan KH Ahmad Dahlan, sehinga ketika pada penutupan penutupan Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad tahun 1962 di DKI Jakarta, Bung Karno meminta jasatnya kelak nanti kalau meninggal dikafani bendera Muhammadiyah. Momen tersebut Bung Karno menceritakan banyak tentang Muhammadiyah. Pada usia 15 tahun Bung Karno suda bersimpati dengan KH Ahmad Dahlan dan pada tahun 1938, Bung Karno menjadi anggota Muhammadiyah dan menjadi tenaga pengajar di sekolah Muhammadiyah dan kini Bung Karno di kalangan Muhammadiyah menjadi tokoh Muhammadiyah.
Tokoh Muhammadiyah dan Pancasila
Di Indonesia siapa yang tidak kenal dengan Bung Karno, bahkan bukan hanya Indonesia, pada masa itu beliau terkenal ke mana mana, apalagi di Asia dan Afrika. Bung Karno merupakan salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Negara yang di cita-citakan oleh Masyarakat Indonesia. Dan untuk menjadi satu negara maka Indonesia harus memuliki falsafa negara, dasar negara. Dari mulut Bung Karno lah muncul kata Pancasila.
Pancasila mulai di perbincangkan dan di perdebatkan saat pidato Bung Karno pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, di gedung Chuo Sangi In, Jakarta, yang sekarang merupakan gedung bersejarah dengan nama gedung pancasila. Dari situ Bung Karno melontarkan gagasannya kepada anggota sidang terkait Pancasila yang ia gagas. Meski pada saat itu bukan hanya Bung Karno saja yang berpidato tentang dasar Negara tetapi ada Muhammad Yami dan Mr Supomo juga namun BPUPKI menetapkan Bung Karno sebagai pimpinan panitia sembilan untuk merumuskan kembali konsep Pancasila yang di gagas Bung Karno itu.
Dalam panitia sembilan terdapat juga satu kader Muhammadiyah, yakni Abdul Kahar Muzakir. Ia lahir di Yogyakarta tahun 1908. Pendidikan dasarnya ia awali di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kota Gede namun hanya sampai kelas dua. kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di pesantren Mambaul Ulum di Solo. Beliau kara wawasan dan pengetahuanya beliau di tunjuk sebagai Anggota panitia sembilan.
Setelah panitia sembilan bersidang tentang dasar Negara Pancasila, dan ditetapkan lima poin atau Pancasila yang saat itu di sebut Muhammad Yamin sebagai "Jakarta Charter", atau piagam Jakarta, dengan poin yakni pertama Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja, kedua Kemanoesiaan jang adil dan beradab, ketiga persatoean Indonesia keempat, Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjawaratan/perwakilan dan kelima Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia. Sementara panitia Sembilan di antaranya Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoel Kahar Moezakir, Agoes Salim , Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, Moehammad Yamin.
Dengan keputusan itu, Piagam Jakarta mulai di tinjau kembali atas dasar usulan dari AA Maramis, dengan permintaan apabila poin pertama dengan menjalangkan syariat Islam itu di laksanakan maka, Indonesia bagian timur akan berdiri sendiri dari Indonesia Barat. Dengan permintaan tersebut suda barang tentu menjadi kesulitan bagi Muhammad Hatta dan kawan-kawan untuk memutuskan. Dengan haltersebut Muhammad Hatta dan kawan-kawan mengutus salah satu kader Muhammadiyah, Kasman Singodimidjo untuk melobi ketua umum PP Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, untuk berkenang menghapus lima kata di Piagam Jakarta atau Pancasila.
Poliemik mulai muncul, ketika Berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Kartosuwiryo, yang menginginkan negara Islam, DITI di Sulawesi Selatan, oleh Kahar Muzakar, namun Ki Bagus Hadikusumo, menyetujui permintaan Kasman Sungodimidjo untuk menghapus lima kata dalam Pancasila di poin pertama namun dengan satu syarat bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan kata Tuhid.
Perkelahian penikiran tentang Pancasi, di Indonesia suda ada sejak lama, bukan hanya sejak saat ini, namun ada sejak Pancasila itu muncul dan di tetapkan sebagai dasar negara. Bahkan saat ini ada yang menolak negara pancasila dan menginginkan negara Khilafa dan ada juga yang mengatakan mereka pancasila dan yang lain bukan pancasila. Polimik tersebut berjalan beelarut hinga kini. Di jaman Presiden Soehaeto banyak yang di hukum atas dasar Pancasila. Muhammadiyah sendiri melalui Muktamar di Surakarta menetapkan Pancasila masuk sebagai bagian dari Idiologi Muhammadiyah bahkan Muktamar satu Abad Muhammadiyah kota Makassar, di tetapkanlah Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahada.
Darul ‘Ahdi wa Syahadah
Pada Sabtu, 17 November 2018, Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mukti menulis dengan jelas, di koran Sindo tentan Nasionalisme Muhammadiyah yang dimana menjelaskan tentang Muhammadiyah membuat keputusan politik tentang Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah (DAWS), pada Muktamar Muhammadiyah di kota Makassar 2015. Keputusan tersebut mengundang tiga makna. Pertama, dasar teologis yang mengokohkan penerimaan dan dukungan Muhammadiyah atas Pancasila. Kedua, Indonesia adalah buah dari kesepakatan luhur (gentlemen agreement) para pendiri Muhammadiyah berkomitmen mendukung kedaulatan NKRI dan ketiga, Muhammadiyah ingin berperan memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Negara Pancasila atau Indonesia merupakan hasil konsensus nasional (dar ‘al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) guna menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam). Konsep ini merupakan konsep Islam moderen, yang suda di buktikan oleh KH Ahmad Dahlan dengan selalu tidak menafsirkan Islam sebagai grakan yang melekat dengan dokma karna Islam memasuki semua sendi kehidupan, politik, ekonomi, dll. Maka dengan itu lah Indonesia akan bisa menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur atau Negara yang baik dan berada dalam ampunan Allah.
Bagi Muhammadiyah negara pancasila memang bukan negara Islam tetapi negara yang menjalangkan ajaran -ajaran agama Islam. Hal tersebut suda di buktikan oleh Muhammadiyah hinga kini, seperti yang suda penulis sampaikan sebelumnya bahwa KH Ahmad Dahlan juga perna mengajar di sekolah yang di angap kalangan Islam masa itu mengangapnya kafir, namun beliau meyakini merupakan cara yang Islam. Bahkan sekarang di Papua, di Nusa Tengara Timur ada kampus-kampus Muhammadiyah menerima Mahasiswa dari agama lain selain Islam. Muhammadiyah terbuka dan menjadi payung untuk semua disamping mendakwahkan Islam yang Damai, maju, adil dan Makmur.
Oleh. Muhammad Rimbo Bugis (DPP IMM Bidang Seni Budaya dan Olahraga Periode 2018-2020)
Comments
Post a Comment