Dokumen : Rimbo Bugis |
Ta'awun untuk negri, menjadi tema Milad Muhammadiyah ke 106, 18 November 2018 di Kota Surakarta, Jawa Tenggah. Milad tersebut mengandung pesan, tolong menolong, dan pesan tersebut memiliki makna yang sangat luas. Muhammadiyah sendiri dalam mengartikan arti tolong menolong di Milad Muhammadiyan ke 106. Kata tolong menolong ini kalau kita defenisikan lagi yang lebih luas, tolong menolong bisa di bentuk apa saja, bagi yang membutuhkan bantuan kita, sebagai sesama umat manusia apalagi warga bangsa, sebagaimana kata Haider Nasir, bahwa nilai ta'awun yaitu untuk saling peduli dan berbagi layaknya satu tubuh di keluarga bangsa. Tolong menolong bagi Muhammadiyah suda ada sejak Muhammadiyah itu ada, dan tolong menolong merupakan gerakan Muhammadiyah itu sendiri.
Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, mengatakan kalau Tolong-menolong adalah sikap orang Islam dalam aksi, jadi suda betul kalau tolong menolong merupakan, roh gerakan Muhammadiyah yang terinspirasi dari QS. Al Maun ayat 1-7. Haider Nasir dalam sambutan Milat Muhammadiyah di Solo juga mengatakan bahwa tolong menolong dalam tafsiran Muhammadiyah sebagaimana tema Milad ke 106, bahwa ada dua bentuk yaitu untuk mengatasi bencana alam di beberapa daerah di Indonesia dan tolong menolong dalam mengnyelesaikan ananiyah-hizbiyah (egoisme kelompok) dan gesekan sosial-politik satu sama lain.
Kepedulian Muhammadiyah terhadap Indonesia memang satu hal yang tabisa di ragukan lagi. Muhammadiyah memiliki peran besar atas umat dan bangsa Indonesia. Muhammadiyah masuk di semua sendi kehidupan masyarat, dari memperdulikan masyarakat muskin hinga masyarakat intelektual, bahkan seperti Mahasiswa. Muhammadiyah pada saat pendirian belum memiliki organisasi mahasiswa namun suda memiliki kader atau Mahasiswa Muhammadiyah.
Lapran Pane dan HMI
Prof. DR. Lapran Pane merupakan pendiri, pengagas sekaligus ketua Umum pertama Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Lapran Pane berasal dari Padang Sundingpuan, Sumatra Utara, dari delapan bersaudara, enam saudara sekandung dan dua saudara tiri, karna ayah Lapran Pane, yang juga pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921, Sutan Pangurabaan Pane, beristri dua. Pendidikan Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok, dilanjutkan oleh Pesantren K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok.
Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran Pane selalu pinda sekolah, hingga pada akhirnya Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 (Tujuh) di HIS Muhammadiyah dan lanjut ke Taman Dewasa Raya Jakarta. Karna Perang Dunia II, ibu kota yang saat itu di Jakarta pindah ke Yogyakarta sehinga Sekolah Tinggi Islam (STI) pun juga ikut pindah ke Yogyakarta. Sebelum selesai di STI, ia pindah lagi ke Akademi Ilmu Politik (AIP) atau Universitas Gajah Mada (UGM).
Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan dan berkenalan dengan salah satu dosenya yang juga tokoh Muhammadiyah yang juga tim sembilan atau PPKI, K.H Abdul Kahar Mudzakkir yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya buku-buku Islam yang ia baca sehinga membawahnya menjadi dosen di beberapa kampus seperti salah satunya di Akademi Tabligh Muhammadiyah (ATM), Kemudian menjadi FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY). Dengan wawasan Islam yang ia miliki juga sehinga terinsfirasi berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam.
HMI di Indonesia
HMI di dirikan pada tanggal 5 Februaru 1947, oleh Lapran Pane dan kawan kawan, diantaranya Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan). Meskipun kata Yudi Latif, pada pengajian Bulanan Muhammadiyah, tentang Prof, Kasman Singodimidjo, bahwa sebelum HMI itu ada, suda ada perhimpunan pelajar pelajar Islam, yang di pimpin oleh Kasman Singodimidjo, yang merupakan pelajar Muhammadiyah dan itu menjadi cikal bakal berdirinya organisasi pelajar dan Mahasiswa Islam seperti HMI.
Yudi Latif memperkirakan, Lafran Pane terinsfirasi dari organisasi yang di pimpin Kasman Singodimidjo tersebut, karna lain sisi Lafran Pane juga kader Muhammadiyah dan berada di lingkunga Muhammadiyah sehinga Lafran Pane sadar betul organisasi Islam yang kuat dan besar pada masa itu terutama di Yogjakarta adalah Muhammadiyah, sehinga saat pendirian HMI selalu berkonsultasi dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, seperti Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Kahar Muzakir dll.
Berdirinya HMI di Indonesia menjadi kekuatan baru umat Islam pada masa itu dari kalangan Mahasiswa, sehinga HMI menjadi ancaman dari klompok-kelompok lain, yang ingin berkuasa di Indonesia terutama Partai Komunis Indonesia (PKI). Lewat organisasi sayap PKI, Central Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (CGMNI), melakukan perlawanan kepada HMI yang di pelopori Lapran Pane. PKI ingin sekali membubarkan HMI karna diangap merupakan kekuatan Islam yang menjadi penghalang revolusi oleh PKI.
Kekuatan HMI, menjadi kuat ketika deklarasi Panca Cita, oleh umat Islam pada saat itu dengan menegaskan pelajar Islam berada di Pelajar Islam Indonesia atau PII, Mahasiswa Islam berada di HMI, Pemuda Islam berada di Gerakan Pemuda Islam atau GPI dan Partai Islam berada di Masyumi. Namun dinamika terus berkembang, karna merasa Muhammadiyah mendominasi, sehinga Nahdatul Ulama, salah satu organisasi yang kuat juga di Indonesia memisahkan diri dari Masyumi juga HMI dengan di dirikanya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII.
Nahdatul Ulama keluar dari Masyumi dan PMII terbentuk pada tanggal 17 April 1960, namun Mahasiswa Muhammadiyah tetap bertahan mempertahangkan keberadaan HMI di tengah-tengah rong-rongan PKI dan CGMNI. HMI terus di rongrong, dan hampir di bubarkan oleh pemerintah Soekarno, atas desakan PKI. Karna trus tertekan dan dinamika yang sangat kuat, ditambah dengan berdirinya kampus Muhammadiyah di mana mana, Mahasiswa Muhammadiyah di HMI juga merasa harus ada organisasi Mahasiswa Muhammadiyah, yang langsung menanamkan idiologi Muhammadiyah maka para Angkatan Muda Muhammadiyah bersepakat membentuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada 14 Maret 1964.
Penulis : Rimbo Bugis (DPP IMM Bidang Seni Budaya dan Olahraga periode 2018-2020)
Comments
Post a Comment