Dokumentasi Rimbo Bugis |
Oleh : Rimbo Bugis
Lebih dari satu Abad, Muhammadiyah suda berkiprah di bangsa Ini. 18 November 2018, menjadi momentum refleksi, Muhammadiyah yang sejak hadir tahun 1912, hingga sekarang berumur 109 tahun, terus mengirimkan pesan pesan Dakwah kepada Umat dan Bangsa. Keutuhan dan konsistensinya dalam gerakan Dakwah hinga Seorang pakar Antropologi dari University of North Caroliana, Chapel Hill dalam penilitaianya menyampaikan Muhammadiyah merupakan satu-satunya gerakan reformis Islam yang paling kokoh dan pernah mengukir sejarah di Asia Tenggara, bahkan satu satunya gerakan reformis Islam yang paling stabil di muka bumi ini.
Muhammadiyah bahkan belum selesai di waktu dekat, perjalanan Muhammadiyah masi panjang dan jahu. Prof. Din Syamsuddin, Ketua umum PP Muhammadiyah 2005-2015, mengatakan Indonesia ini bubar Muhammadiyah masi tetap utuh, begitu yakinya kekuatan Muhammadiyah, sehinga Sejarawan Indonesia, Prof. Anhar Gongong di media Republik mengatakan bahwa Muhammadiyah masa depan Indonesia. Itu artinya Muhammadiyah masit tetap ada dan semangat Dahlan muda akan terus tumbuh dan tetap ada.
KH Ahmad Dahlan, boleh selesai ketika beliau wafat 23 Februari 1923, namun semangat beliau terus dan terus tumbuh di genersai selanjutnya. Semangat membentuk satu wadah perkumpulan dan pergerakan pada masa itu hinga hadirnya Muhammadiyah yang telah membawa perubahan pada bangsa Indonesia dan menjadi dampak luar biasa. Dengan semangat beliau lah muncul tokoh tokoh baru yang luar biasa hinga kini. Peran serta kekuatan Muhammadiyah sehinga munculnya Jenderal Besar, Sudirman, Kasman Singodimidjo, Ki Bagus Hadikusumo, Buya Hamka dan masi banyak lagi, bahkan Presiden Pertama Indonesia Soekarno pernah berpesan apabila aku mati nanti selimutkan dirinya dengan panji Muhammadiyah.
Dari semangat itu muncul generasi selnyutnya di pasca kemerdekaan Indonesia salah satu di antaranya yaitu Djasman Al Kindi. Mungkin di luar warga Muhammadiyah sangat asin dengan nama tersebut namun warga Muhammadiyah suda barang tentu mengenal pria yang meruoakan putra penghulu keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT. Wardan Diponingrat yang lahir di Yogyakarta, pada 6 September 1938 tersebut. Djasman yang muncul dengan fikiran-fikira kritis dan inovatif membawanya menjadi anak muda yang di tokohkan di kalangan Mahasiswa terutama Mahasiswa Muhammadiyah pada masa itu. Atas dasar semangat KH Ahmad Dahlan dan fikiran kritisnya membawa Dasman Al Kindi dan kawan kawan membentuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang eksis hinga kini.
Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Indonesia pada masa itu di pemerintahan Presiden Soekarna, peristiwa demi peristiwa bermunculan, yang lebih merongrong bangsa pada masa itu yakni gerakan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Gejolak politik bangsa saat itu tensinya sangat kuat sehinga gerakan-gerakan Mahasiswa terutama Islam pada masa itu sangat terancam, bahkan wacana pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI pada saat itu makin menguat, sementara dalam HMI sendiri di penuhi oleh Mahasiswa Muhammadiyah pada saat itu dan HMI pada masa itu merupakan gerakan Mahasiswa yang sangat di perhitungkan dalam menjaga keutuhan bangsa dari rongrongan Partai Komunis Indonesia.
Pada tanggal 14 Maret 1964 bertepatan dengan 29 Syawal 1384, di Yogjakarta Djasman Al Kindi dan kawan -Kawan seperti, Risyan Soleh, Sudibyo Markus, Amin Rais (Bapak Reformasi Indonesia 98), Yahya A. Muhaimin (Mantan Menteri Pendidikan), Marzuki Usman (Mantan Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya RI dan juga Menteri Negara Investasi) dll menginisiasi berdirihnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam upaya menampung Mahasiswa Muhammadiyah dan mewaspadai HMI dibubarkan oleh PKI melalui tangan Presiden Soekarno. Dengan pendekatan yang dingin, Djasman Al Kindi dan kawan kawan mampu melakukan pendekatan kepada presiden Soekarno untuk memberi restu berdirinya IMM.
Hadirnya IMM hinga kini menjadi dampak yang sangat signifikan, selain membantu Dakwah Muhammadiyah di kalangan Mahasiswa. IMM juga menjadi pergerakan menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia. Tidak sedukit mulai dari berdirinya Organisasi Merah Maron ini, dalam melakukan gerakan melindungi Indonesia mulai dari pembubaran PKI hinga Reformasi 98, dimana IMM terlibat penuh dalam mengerakan kader-kadernya dalam upaya menjaga Indonesia dari problematika bangsa saat itu.
Mulai dari Kota Yogjakarta, IMM berkembang hinga berada di 34 provinsi di Indonesia bahkan melalui semangat juang IMM mampu membuka cabang-cabang istimewa IMM di beberapa negara seperti di Turky, China, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara Asia dan Afrika seperti Mesir, India, Malasiyah, Singapura dll. Dan dari sanalah akan muncul semangat-semangat baru Muhammadiyah terutama IMM untuk terus menjaga Indonesia kedepan. Bahkan dari IMM suda muncul tokoh tokoh muda Indonesia yang siap untuk melanjutkan cita cita Muhammadiyah dan menjaga Indonesia terutama melalui dunia Pendidikan.
Dunia Pendidikan
Muhammadiyah dari masa ke masa di kenal dengan pendidikan moderen, mulai dari kemajuan berfikir KH Ahmad Dahlan yang membentuk sekolah pada jaman itu dengan pasilitas moderen tidak sama seperti pada umumnya pendidikan agama Islam pada masa itu di Indonesia. Semangat itu yang tumbuh hinga kini Muhammadiyah memiliki sekolah dan Kampus di mana-mana. Melalui dunia pendidikan Muhammadiyah dapat berkembang ke mana-mana dan melahirkan tokoh di mana-mana mulai dari tingkat daerah hinga pusat.
Dengan semangat tersebut para generasi termasuk Djasman Al Kibdi mulai sadar akan pentingnya dunia pendidikan. Pengalaman berorganisasi membawa Djasman Al Kindi menjadi pribadi yang melekat dengan dunia pendidikan. Sehinga pada saat selesai ber IMM, Djasman Al Kindi lebih banyak mengfokuskan dirinya kepada dunia pendudikan dan akademisi. Ketika selesai menyelesaikan studi, Djazman mengabdikan dirinya sebagai seorang pendidik seperti menjadi Guru SMA Muhammadiyah Yogyakarta, Dosen IKIP Negeri Surakarta (Kini Universitas Muhammadiyah Surakarta) Disamping itu dan menjabat beberapa lembaga seperti Wakil Ketua Yayasan Mas Kini, Pengurus Harian Badan Wakaf UII (Universitas Islam Indonesia) dan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), yang juga merupakan pendiri Kampus tersebut dari IKPI Negri Surakarta ke UMS.
Melalui itu semua Djasman Al Kindi di Muhammadiyah di nobatkan sebagai bapak Pengkaderan Muhammadiyah, dimana pengalamanya kalau kata Ketua PP Muhammadiyah, Busro Muqodas, merupakan bidan dari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Djasman juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PP Pemuda Muhammadiyah dan pada Muktamar Muhammadiyah ke 37 menetapkan Djasman sebagai Sekjen PP Muhammadiyah.
Dunia pendidikan melekat pada dirinya dengan semangat KH Ahmad Dahlan bukan berarti Djasman Al Kindi tidak bisa terlibat seperti dunia politik. Bahkan tahun 1968, Djasman pernah terlibat dalam peran kenegaraan menunjuk Soeharto menjadi Presiden. Djasman pernah menjadi Anggota DPR GR/MPRS, Utusan Daerah. Keterlibatan Djsaman merupakan bagian dari sikap menjaga keutuhan Indonesia dari rongrongan isu PKI pada masa itu. PKI pada masa itu menjadi ancaman kedaulatan bangsa Indonesia dan Soeharto di percaya menjadi solusi untuk melawan pergerakan PKI.
Djasman Al Kindi boleh selesai dan jasadnya di kuburkan, namun semangatnya takan pernah mati sebagaimana telah di persembahkan lewat pola pengkaderan moderen yang pertama kali di gagas oleh dirinya. Dan semangat itu akan tumbuh oleh generasi selanjutnya, generasi masa depan yang muncul dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah di ukir sebagimana seorang Djasman Al Kindi mengidolakan KH Ahmad Dahlan sehinga menjadi tokoh pendidikan terutama kalangan Muhammadiyah yang bekerja untuk umat dan Bangsa Indonesia.
Comments
Post a Comment